Telpon hapeku berbunyi, aku perhatikan nama yang tertera,
Rini Mulyawati. Dulu aku pikir namanya Rini Mulyasari, dia rada sewot waktu
dipanggil begitu, “Nama gue bukan Mulyasari tapi Mulyawati, enak aja main
ganti-ganti nama, waktu namain gue pake bubur merah, bubur putih segala”.
Sayangnya bubur ayam nggak disebut padahal bubur ayam adalah salah satu makanan
kegemaranku.
Telpon kali ini sudah pasti nggak membahas masalah nama,
Rini bilang, “Men, akhirnya orang Chinanya ada di Comedian Ceremony, gue pingin
elo yang jadi Koh Ameng”.
“Nggak ah! Gue udah tua, orang lain aja”
“Sok tua lo!, temen-temen pada minta elo yang jadi orang
Chinanya”.
Rini telpon sekitar jam 7 malam dari kantornya yang
merangkap markas Reuni Emas Smandel, latar belakang suara telpon cukup ramai
karena banyak orang di sana. Nggak berapa lama Rini minta dukungan Vini, yang
kebetulan lewat dekat tempatnya berbicara.
“Vini, Omen nggak mau jadi orang Chinanya”.
“Omen, Vini nggak mau ah! Pokoknya Vini pingin Omen yang
jadi Koh Ameng”, terdengar suara Vini.
“Tuh kan Men, gue bilang apa temen-temen pada minta elo
yang jadi orang China”, suara Rini lagi.
Sebenarnya aku ingin banget bermain di Comedian Ceremony
dari zaman aku sekolah, tapi nggak pernah ditawari, mungkin karena nggak ada
peran yang tepat atau nggak kuat bayar honorku.
Beberapa hari menjelang Reuni Emas aku datang ke Balai
Sudirman untuk berlatih, aku bertemu Krisna, dedengkotnya Comedian Ceremony,
yang sedang duduk di tangga masuk, dia tanya, “Men, elo ke sini ngapain?”.
“Kata Rini gue disuruh jadi orang China”.
“Cocok bener lo, cocok bener!”, Krisna berdiri dari
duduknya sambil memperagakan peranku dengan penuh semangat, “Nanti elo jadi Koh Ameng, kayak orang China di iklan XL,
pake kaos oblong, celana pendek, sandal jepit, sambil telpon dan ngipas-ngipas
pake kipasan sate”.
Aku senang menjadi orang yang tepat di mata Krisna, sang
sutradara, produser, pembuat cerita, dan yang paling penting sang legenda.
![]() |
|
Latihan hanya sekali, cuma untuk mengetahui tempat aku
keluar, berperan, masuk dan nyanyian penutup, selebihnya aku harus mengahafal
lips sync, melalui rekaman yang ada di laptopku. Kata Krisna suara yang aku
perankan adalah suara kawannya pedagang Glodok betulan.
Sampai di rumah aku perdengarkan rekaman itu kepada istri
dan anakku, mereka tertawa geli, apalagi mendengar suara pedagang China yang
aku perankan. Aku ingat banget komentar Karris, “Ma, emang di SMA 8 orang
Chinanya cuma satu, papa aja?”.
Sudah pasti nggak lah, kan di Smandel tidak ada
diskriminasi maupun SARA, sekaligus menegaskan bahwa ceritaku ini tidak
bermaksud mengandung unsur SARA.
Aku senang sekali bisa berperan bersama Jamal si India, Radit si Madura, Krisna si Bali, Iyus si Melayu, Nur,
Endang, Reri, Dita, Maat, Rini, Vini, Didot, Pil Kolin tukang minuman, ada juga
tukang ojek betulan di Smandel, dan lain-lain yang tidak bisa aku sebutkan satu
persatu.
Sayang disayang sound systemnya kurang mendukung.
Selesai pagelaran Comedian Ceromy aku kembali ke booth
angkatanku dan bertemu dengan Didit istri Krisna, “Dit, gue barusan main bareng
Krisna”.
“Iya, gue lihat tadi. Eh, Men waktu itu Krisna pulang
seneng banget terus dia bilang ke gue, Dit, gue dapat orang Chinanya, kayak
orang China banget, Chormen dari angkatan elo. Terus gue jawab aja, ala Chormen
dibilang kayak China ….. dia sih emang China”
Gong Xi Fa Cai 2563
Ga liat tuh, Crista dijitak oleh mbak Toety?